Sabtu, 25 Juni 2011

PEMUDA DALAM BINGKAI BUDAYA INDONESIA


Ingat kata-kata bung Karno, “Berikan aku 20 orang tua, niscaya akan kugemparkan satu negara.” “Berikan aku 10 pemuda saja, akan kugemparkan seluruh dunia.” Hal ini menunjukan bahwa pemuda itu memiliki potensi yang begitu luar biasa.
Pemuda memiliki semangat untuk berubah dan kemampuan untuk melakukan perubahan. Hal ini yang menjadi peran paling penting dari pemuda. Jika kita melihat kembali sejarah Indonesia, kita akan melihat begitu dominannya peran pemuda dalam melakukan perubahan. Dimulai dari kebangkitan nasional 103 tahun silam, sumpah pemuda yang menjadi cikal bakal persatuan Indonesia, kemerdekaan republik Indonesia, lahir dan tumbangnya orde baru serta lahinya orde reformasi. Sejarah mengatakan tanpa pemuda negeri ini tidak akan menikmati kemerdekaan dan terus menerus hidup dalam ketidakadilan.
Perubahan menjadi indikator suatu keberhasilan terhadap sebuah gerakan pemuda. Perubahan menjadi sebuah kata yang memiliki daya magis yang sangat kuat sehingga membuat gentar orang yang mendengarnya, terutama mereka yang telah merasakan kenikmatan dalam iklim status quo. Kekuatannya begitu besar hingga dapat menggerakkan kinerja seseorang menjadi lebih produktif. Keinginan akan suatu perubahan melahir sosok pribadi yang berjiwa optimis. Optimis bahwa hari depan pasti lebih baik.
Problematika pemuda yang terbentang di hadapan kita sekarang sungguh kompleks, mulai dari masalah pengangguran, krisis mental, krisis eksistensi, hingga masalah dekadensi moral. Budaya permisif dan pragmatisme yang kian merebak membuat sebagian pemuda terjebak dalam kehidupan hedonis, serba instant, dan tercabut dari idealisme sehingga cenderung menjadi manusia yang anti sosial.
Sehingga muncul pertanyaan, apakah masih relevan pemuda dikatakan sebagai agen perubahan di masa saat ini? tentu saja jawabannya adalah ya! masih ada pemuda-pemuda Indonesia yang peduli dengan bangsanya. Tinggal bagaimana caranya agar pemuda lainnya bisa turut berkontribusi untuk perubahan bangsa Indonesia.
Belakangan ini beberapa pemuda yang telah lama terlelap dalam budaya hedonisme mulai menguak dan menggeliat dalam perhatianya pada kebudayaan nusantara. Tentunya perubahan ini sangat positif dan perlu disambut baik oleh berbagai macam pihak. Dengan begitu, gayung pun bersambut. Apabila perantara ini telah ada dan siap melakukan tugasnya, maka bisa diibaratkan neurotransmitter dalam sel otak yang menghantarkan impuls sel saraf dalam otak agar mendapat tanggapan berupa aksi. Hal ini tentunya tidak bisa hanya dilakukan oleh beberapa pemuda saja melainkan diperlukan seluruh pemuda untuk bersatu.
Marilah teman-teman pemuda sekalian. Sesuatu yang besar telah menanti kita jika pemuda bersatu. Dengan upaya dan cucuran keringat, kita lestarikan budaya nusantara, kita gaungkan budaya kita ke seluruh jagad raya. Percayalah bahwa pemuda, bisa! “pemuda berbudaya?” kenapa tidak? Sebagai seorang pemuda Indonesia sejati tentunya akan merasa bangga dengan keragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Rasa bangga saja tentunya belumlah cukup, perlu upaya dan sumbangsih teman-teman pemuda sekalian agar budaya nusantara tetap lestari dan menjadi tuan rumah di rumah sendiri. Jangan sampai budaya kita yang adi luhung diklaim lagi oleh Negara-negara lain. Maka dari itu pemuda Indonesia, Bersatulah! Pedulilah! Dan lestarikanlah budayamu! Karena budayamu,  itulah identitasmu.

http://komatanpatitik.wordpress.compemuda dan budaya

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More